SOSOK INSPIRASI : GUS NAS JOGJA MENGENAL LEBIH SANG MAESTRO BUDAYAWAN, PENULIS DAN TOKO AGAMA YOGYAKARTA

Foto Gus Nas Jogja
Foto : Gus Nas Jogja


Harian Pangandaran, Halo Sobat Harian Pangandaran. Kali ini tim akan menyajikan tulisan Profil sang tokoh inspirasi yang sudah terbukti dari berbagai macam karyanya.

Tulisan ini di dedikasikan Buat Warga Pangandaran dan sekitarnya agar tetap berkarya ditengah apapun kondisi yang sedang dihadapi.

MENGENAL SIAPA ITU GUS NAS JOGJA?

Profil

HM. Nasruddin Anshoriy Ch, atau yang biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak tahun 1978 saat masih menjadi santri di Pesantren Al Muayyad, asuhan KH. Umar Abdul Mannan, Solo. Saat kelas 1 SMP ia sudah membaca buku Antologi Puisi-Puisi Dunia terbitan Pustaka Jaya, juga puisi Chairil Anwar dan WS. Rendra.


KARYA GUS NAS JOGJA SEPANJANG MASA

  • 1983

Tahun 1983 puisinya yang berjudul Cakar-Cakar Garuda sempat menyibukkan aparat keamanan karena dinilai subversif dan menuliskan kritik tajam pada Orde Baru dan Presiden Suharto. Sempat diinterograsi oleh Pangkopkamtib era Sudomo dan dibela oleh para pakar hukum seperti Abdurrahman Saleh, Adnan Buyung Nasution dll. Dari kalangan seniman muncul Emha Ainun Madjib, Rendra, Mochtar Lubis, HB. Jassin, Taufik Ismail dst yang turut membela, sedangkan Sapardi Djoko Damono menulis Catatan Kebudayaan di Majalah Sastra Horison berjudul "Tiba-Tiba Menjadi Penting".


  • 1984

Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang yang difasilitasi oleh KH. Yusuf Hasyim. Mengadakan Workshop dan Simposiun Nasional tentang Sastra Pesantren dengan mengundang Gus Dur, Ahmad Thohari, Cak Nun, Simon Hate, Hazim Amir dll bersama Teater Dinasti, Teater Mlarat Malang dan Teater Gapit Solo.

  • 1987

Tahun 1987 menjadi pembicara pada Forum Puisi Indonesia dengan makalah berjudul "Sastra Engagement: Titiktemu antara Poetika, Komitmen Sosial dan Dimensi Transenden". 

Karyanya mulai mendunia, pada tahun yang sama menghadiri undangan Southeast Asian Writer's Conference di National University of Singapore bersama Sulak Sivaraksa, Edwin Thumbo, F. Sionil Jose dll, dilanjutkan perjalanan sastra di sejumlah negara Asean dengan sponsor Mendikbud Fuad Hassan.

Sejak tahun 80-an puisi-puisinya dimuat di Majalah Sastra Horison, Panji Masyarakat, Amanah, dan beberapa puisinya secara khusus diterbitkan oleh Majalah Solidarity Philippines dengan ulasan mendalam oleh F. Sionil Jose sebagai New Voice of Asia.

Dari tahun 80-an hingga tahun 90-an menjadi interviewer untuk rubrik Dialog di Majalah Prisma dan Majalah Sastra Horison. Tahun 1995, buku pertamanya yang berjudul Berjuang dari Pinggir diterbitkan oleh LP3ES, Jakarta. Setahun kemudian, buku berjudul Biografi Anregurutta Ambo Dalle diterbitkan oleh Penerbit Tiara Wacana, menyusul buku Biografi Kompi Sudirman, Biografi Alumni Tidar Satu dan buku Biografi IB. Sudjana: Antara Tantangan dan Tentangan diterbitkan oleh Lemhannas, Jakarta.

  • 2000an

Awal tahun 2.000-an beberapa bukunya terbit, seperti Negara Maritim Nusantara yang diterbitkan oleh Tiara Wacana, buku berjudul Strategi Kebudayaan: Titik-Balik Kebangkitan Nasional diterbitkan oleh Unibraw Press, buku berjudul Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Budaya Jawa diterbitkan oleh Penerbit Obor Indonesia.

Tahun 2006-2008 menjadi pengisi acara tetap bertajuk "Analisis" di koran Kedaulatan Rakyat, di JogjaTV, dan mengisi "Tausiyah Cinta" di Programa 2 RRI Jogja. Tahun 2013 menjadi Pemrakarsa Penerbitan Buku Antologi 90 Penyair Jogja berjudul "Lintang Panjer Wengi di Langit Jogja" dan buku geguritan edisi Bahasa Jawa.

Beberapa kali memenangkan lomba penulisan puisi tingkat nasional, antara lain terkait Lingkungan Hidup, dan Memperingati 50 Tahun Indonesia Merdeka.


Tahun 2013 menjadi pembicara pada World Culture Forum di Bali dan berbagai forum kebudayaan lain. Menjadi Produser dan Sutradara berbagai film dokumenter, antara lain "Mata Air Kebangsaan: Pergumulan Sejarah Ki Hadjar Dewantoro", "Jejak Juang Sang Rais Akbar: Kepahlawanan Kyai Hasyim Asy'arie" dll. Saat ini selain menulis buku, juga menjadi Pengasuh Pesan Trend Budaya Ilmu Giri di Jogjakarta


Hingga saat ini, Sang Maestro tetap berkarya untuk Negeri ini. Tanpa lelah dan mengenal usia senja, beliau tetap menjadi Inspirasi Anak-anak muda dalam berkarya.
Next Post Previous Post