RENUNGAN DEMOKRASI, BELIMBING SAYUR DAN MATINYA OPOSISI OLEH GUS NAS JOGJA
Harian Pangandaran, Demokrasi, dalam imajinasi liar seorang penyair, bagaikan belimbing sayur: memiliki rasa manis dan asam.
Manisnya terasa ketika rakyat dapat memilih pemimpinnya,
menyuarakan pendapatnya, dan menikmati hak-haknya.
Asamnya muncul ketika demokrasi diwarnai dengan korupsi,
nepotisme, dan lemahnya oposisi.
Demokrasi bagaikan belimbing sayur hanyalah diksi puisi. Ia
idealnya memiliki rasa asam manis yang seimbang. Asam mewakili suara kritis dan
manis mewakili suara pro-pemerintah.
Keseimbangan ini penting untuk menjaga kesehatan demokrasi.
Namun, saat ini kita melihat fenomena "matinya
oposisi". Suara kritis semakin membisu, bukan karena dibungkan oleh
represi kekuasaan, melainkan kepuasan rakyat dan suara pro-pemerintah
mendominasi. Hal ini membuat demokrasi bagaikan belimbing sayur yang kehilangan
rasa asamnya.
Analogi belimbing sayur hanya sebagai ilustrasi dan tidak
dimaksudkan untuk mereduksi kompleksitas demokrasi.
Di Indonesia, demokrasi masih terus berkembang. Kita telah
merasakan manisnya demokrasi, seperti pemilihan umum yang bebas dan adil, serta
kebebasan pers. Namun, rasa asamnya pun masih terasa, seperti maraknya korupsi,
politik uang, dan lemahnya oposisi.
Oposisi, bagaikan garam dalam masakan, memberikan rasa dan
keseimbangan dalam demokrasi. Oposisi yang kuat dan kritis akan mendorong
pemerintah untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Oposisi juga akan menjadi
wadah bagi rakyat untuk menyuarakan kritik dan aspirasinya.
Namun, belakangan ini, oposisi di Indonesia seperti mati
suri. Suara-suara kritisnya semakin jarang terdengar. Hal ini tentu saja
mengkhawatirkan, karena demokrasi tanpa oposisi yang kuat akan menjadi
demokrasi yang timpang.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan matinya oposisi di
Indonesia, di antaranya:
Keterpecahan internal oposisi
Oposisi di Indonesia sering kali terpecah belah oleh
perbedaan ideologi, kepentingan pribadi, dan ambisi politik.
Lemahnya partai oposisi
Kurangnya soliditas, ideologi, dan strategi yang efektif
membuat oposisi tidak mampu memainkan peran yang optimal.
Apatisme masyarakat
Masyarakat semakin acuh tak acuh terhadap politik, sehingga
tidak memberikan tekanan pada pemerintah untuk menjalankan demokrasi yang
sehat.
Lemahnya dukungan rakyat
Rakyat Indonesia masih banyak yang apatis terhadap politik
dan tidak tertarik dengan kegiatan oposisi.
Matinya oposisi adalah ancaman bagi demokrasi di Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk membangkitkan kembali oposisi.
Demokrasi yang sehat membutuhkan keseimbangan antara suara
pro-pemerintah dan suara kritis. Matinya oposisi adalah ancaman bagi demokrasi
dan harus segera diatasi.
Jika bangsa ini larut dalam cangkir kopi pahit demokrasi,
maka akan berdampak negatif sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan
Suara kritis yang terbungkam membuat pemerintah kehilangan
masukan penting dan berpotensi terjebak dalam kesombongan.
2. Korupsi
Kurangnya kontrol dari oposisi membuka peluang bagi maraknya
mark up, korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
3. Ketidakpercayaan rakyat
Masyarakat kehilangan gairah pada politik, dan kepercayaan
terhadap pemerintah dan demokrasi berbuah apatis.
Situasi demokrasi di Indonesia perlu dikaji lebih lanjut
dengan mempertimbangkan berbagai faktor dan perspektif.
Demokrasi yang sehat membutuhkan keseimbangan antara suara
pro-pemerintah dan suara kritis. Matinya oposisi adalah ancaman bagi demokrasi
dan harus segera diatasi.
Matinya oposisi adalah ancaman bagi demokrasi di Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk membangkitkan kembali oposisi, di
antaranya:
1. Penguatan oposisi
Oposisi perlu bersatu dan memperkuat diri dengan ideologi
dan strategi yang efektif.
Memperkuat internal oposisi. Oposisi perlu bersatu dan
membangun platform yang kuat untuk menarik dukungan rakyat.
2. Partisipasi masyarakat
Masyarakat perlu aktif dalam politik dan memberikan tekanan
pada pemerintah untuk menjalankan demokrasi yang sehat.
Meningkatkan kesadaran rakyat. Rakyat perlu didorong untuk
lebih kritis terhadap pemerintah dan aktif dalam kegiatan politik.
3. Penegakan hukum
Penegakan hukum yang adil dan transparan harus ditegakkan
untuk melindungi oposisi dan mencegah represi.
Memperkuat demokrasi. Demokrasi yang kuat akan memberikan
ruang bagi oposisi untuk berkembang.
BACA JUGA : MENGENAL LEBIH JAUH SIAPA ITU GUS NAS JOGJA
Referensi: dari berbagai sumber
Beberapa pertanyaan untuk renungan:
- Apa saja contoh manis dan asamnya demokrasi di Indonesia?
- Mengapa oposisi penting dalam demokrasi?
- Apa saja faktor yang menyebabkan matinya oposisi di Indonesia?
- Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk membangkitkan kembali oposisi di Indonesia?